Siaran Pers Untuk Diterbitkan Segera
Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Energi Terbarukan
Peningkatan suhu dan permukaan laut menyebabkan yang akan terkena dampak paling besar adalah wilayah pesisir pantai dan negara-negara kepulauan, salah satunya Indonesia
Bogor, 28 Agustus 2019– Sebagai salah satu upaya mitigasi terhadap perubahan iklim melalui penggunaan energi terbarukan, Indonesia menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru. Pembangkit berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara tersebut dapat mengemban peran untuk mengantikan pembangkit listrik tenaga diesel berbahan bakar fosil pada saat beban puncak di Sumatra Utara. Setiap tahunnya, PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi karbondioksida minimal 1,6 juta metric Ton atau setara dengan penyerapan karbon dari hutan seluas 120.000 hektar.
Pembahasan upaya mewujudkan Indonesia rendah emisi dari sisi energi dibahas dalam sesi Talkshow International Conference on Translating Science into Climate Policy and Action yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (28/8). Hadir sebagai pembicara adalah Agus Djoko Ismanto, Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru yang mengangkat tema “Climate mitigation action through renewable energy.”
Agus mengatakan PLTA Batang Toru merupakan bagian dari pelaksanaan komitmen Pemerintah RI dalam Paris Agreement untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030. PLTA Batang Toru adalah wujud pemanfaatan energi bersih karena sumber energinya adalah air. “Kami sangat menyadari PLTA memerlukan lingkungan yang mendukung sebagai penyimpan air secara alamiah, PLTA Batang Toru tidak mempunyai reservoir, sehingga stok air tersimpan di dalam hutan. Karena itu PLTA Batang Toru secara fundamental akan mempertahankan dan selalu ikut program kelestarian kawasan yang menghasilkan air sebagai bahan baku operasinya,” kata Agus Djoko Ismanto yang akrab dipanggil Adji.
Menurut Adji, pembangunannya sudah melalui kajian-kajian mendalam sesuai persyaratan nasional dan internasional. “Tidak hanya melakukan AMDAL, kami juga telah melaksanakan kajian Environmental, Social and Health Impact Assessment (ESHIA), yang menjadikan kami PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle,” tambah Adji.
Kehadiran PLTA Batang Toru diiringi juga dengan turut menjaga kelestarian hutan dan tumbuhan langka. “PLTA Batang Toru berkomitmen dan sangat peduli untuk menjaga kawasan hutan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batangtoru, yaitu dengan mendukung program Perhutanan Sosial seluas 12.000 Ha di 15 desa. PLTA Batang Toru juga bersama pemerintah daerah, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, dan semua pihak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, melakukan penanaman dua tumbuhan langka, Meranti Merah dan Meranti Batu, sebagai aksi nyata melindungi bumi dari ancaman perubahan iklim.” tutup Adji.
---Selesai---
Narahubung:
Maulana Agung Fadlun Saus
Staff External Relations, PT NSHE PR Consultant, InterMatrix Communications Telepon : 0813 98727932 Telepon : 087788989709 E-mail : bowo.agung@nshe-hydro.com E-mail : fhadlunzyauz@gmail.com